PENGERTIAN MANAQIB
Manaqib yaitu riwayat hidupnya orang-orang yang
sholeh. Sedangkan riwayat hidup orang-orang yang zholim tidak disebut manaqib.
Dalam Al-Quran dikatakan: "Orang-orang yang
terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk islam) di antara orang-orang Muhajirin
dan Anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho
kepada mereka dan merekapun ridho kepada Allah dan Allah menyediakan bagi
mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar".
(At-Taubat 100).
Terbuktilah bahwa orang-orang yang mendapatkan
kenikmatan dari Allah adalah orang yang mengikuti jejak langkahnya orang-orang
yang mengikuti kepada Rosululloh saw.
Tiap tarekat mempunyai manaqibnya masing-masing, yang
semuanya itu merupakan pelajaran yang mulia kepada yang mengikutinya.
Firman Allah Ta'ala: "Sesungguhnya adanya riwayat
hidup para leluhur itu adalah pelajaran untuk seluruh manusia yang mempunyai
akal".
Di dalam manaqib suka diterangkan keanehan-keanehan
yang mempunyai manaqib tersebut, itu disebutnya karomah, yang tidak menyelisihi
keanehan-keanehan yang diterangkan oleh Allah di dalam Al-Quran.
Karomah tersebut disebut Khowariqul Adat (perkara yang
luar biasa), yang dikategorikan sebagai berikut:
1) Irhash, yaitu perkara luar biasa dari seseorang
yang akan menjadi nabi.
2) Mu'jizat, yaitu perkara luar biasa yang keluar dari
seorang nabi.
3) Karomat, yaitu perkara luar biasa yang keluar dari
seorang wali (orang yang mengikuti jejak langkah nabi).
4) Ma'unat, yaitu perkara luar biasa yang keluar dari
seorang mu'min yang mengikuti jejak langkah wali.
5) Istijrod, yaitu perkara luar biasa dari seseorang
yang mengikuti jejak syetan.
Yang 5 perkara ini walaupun dianggap di luar
kebiasaan, tetapi kalaulah diukur oleh akal tidak menjadi aneh, karena menurut
penjelasan Nabi saw; akal itu dibagi kepada 3 fungsi, yaitu:
1) Akal berfungsi untuk ma'rifat kepada Allah dan
semua perkara yang datang dari Allah swt.
2) Akal berfungsi untuk melaksanakan ta'at kepada
perintah dari Allah swt.
3) Akal berfungsi untuk mencegah ma'siat yang dilarang
oleh Allah swt.
Seumpamanya seseorang telah bisa menggunakan akalnya
sesuai dengan fungsinya, maka orang tersebut tidak akan menolak kepada
karomahnya para wali atau apapun sesuatu yang aneh-aneh, maka akal tersebut
tergolong AKAL YANG SEHAT, yang bisa menjadikan sehat jasad, nyawa dan rasanya.
***
TATA CARA MANAQIBAN PP.SURYALAYA
(Berdasarkan Maklumat Sesepuh No.50 Th.1995)
Tata caranya adalah sebagai berikut:
1. Pembukaan, yang diisi dengan Majlis Do'a :
1.1) Berdo'a untuk para pemimpin negara agar Allah swt
selalu melimpahkan taufik dan hidayah (petunjuk Allah swt) kepada mereka
semuanya.
1.2) Berdo'a untuk kita sekalian agar kita digolongkan
orang-orang yang sholeh serta segala amal ibadah kita diridloi oleh Allah swt.
2. Pengumuman-pengumunan (bisa dilaksanakan sebelum
atau sesudah manaqiban.
3. Manaqiban.
Dalam manaqiban acaranya adalah sebagai berikut:
1) Pembacaan ayat suci Al-Quran (dan membaca sholawat
pada bulan-bulan tertentu).
2) Pembacaan Tanbih, yang diawali dengan pembacaan
alfatihah kepada Syekh Abdulloh Mubarok Bin Nur Muhammad, serta membaca Untaian
Mutiara yang diakhiri berdo'a untuk Kesehatan Dan Keselamatan Sesepuh
PP.Suryalaya.
3) Tawassul.
4) Membaca Manqobah.
5) Ceramah agama (apabila diperlukam pada saat itu).
6) Membacakan Sholawat Bani Hasyim 3x.
***
ADAB HADIR DALAM MAJLIS MANAQIBAN
Telah bersabda Nabi saw:
dzikrush shòlihìn kaffàrotun 'anidz dzunùbi wa 'ingda
dzikrish shòlihìna tangzulur rohmatu wa tahshulul barokatu.
"Mengingat-ingat orang yang sholeh dapat menjadi
kifarat untuk menebus dosa. Dan ketika sedang dalam kondisi mengingat-ingat
orang yang sholeh tersebut, maka diturunkan oleh Allah swt rohmat, serta dapat
menghasilkan barokah".
(HR.Ahmad-Thobroni).
Yang dimaksud dengan dzikrush sholihin adalah manaqib,
karena di dalam manaqib ada kegiatan mengingat-ingat riwayat, karomat dan
wasiatnya orang yang sholeh tersebut.
Jadi manaqib adalah:
1) Alat untuk menebus dosa.
2) Alat untuk menerima dan mengumpulkan kucuran Rohmat
Allah swt.
3) Alat untuk menghasilkan suatu berkah.
Telah berkata Syekh Mursyid Ahmad Shohibul Wafa Tajul
Arifin: "Apabila sedang mengikuti suatu manaqib, maka harus seperti sedang
Wukuf di Arofah".
Arti wukuf adalah DIAM. Jadi untuk menghasilkan tiga
alat di dalam manaqib tersebut, harus dengan cara wukuf, yaitu diamnya 7 indra
dari anggota badan, yaitu:
(1) telinga tidak mendengarkan suara kecuali suara
dari bacaan-bacaan yang dibacakan dalam manaqib.
(2) mata dipejamkan.
(3) hidung bernafas keluar dan masuknya harus diiringi
dengan dzikir khofi.
(4) mulut tidak bersuara, kecuali ketika sedang
membacakan bacaan-bacaan dalam manaqib.
(5) tangan tidak memegang kecuali alat-alat manaqib.
(6) perut tidak diisi oleh makanan atau minuman ketika
sedang berjalan acara manaqib.
(7) kaki dalam posisi diam, baik dengan duduk ataupun
berdiri.
Dan yang paling utama adalah HATI harus dalam
bertawajuh (berdzikir kepada Allah swt).
***
SYARAT MENGIKUTI ACARA MANAQIB
1) Harus mempunyai wudlu, kecuali yang sedang haid,
asalkan tidak masuk kedalam mesjid.
2) Berrobithoh kepada Guru Mursyidnya.
3) Membaca do'a munajat:
"ilaahii angta maqshuudii wa ridlooka mathluubii
a'thinii mahabbataka wa ma'rifataka".
4) Membaca Sholawat Bani Hasyim 3x ketika telah
selesai membaca do'a manqobah.
***
MAKLUMAT NO. 50.PPS.III.1995 TENTANG TATA TERTIB
MANAQIBAN
Bismillaahir rohmaanir rohiim
Seraya bersyukur kehadirat Allah Subahanu Wata'ala,
kita berharap semoga Allah SWT melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya kepada kita
semua. Untuk kesekian kalinya, kami menghimbau kepada semua ikhwan Thareqat
Qodiriyah Naqsyabandiyah yang dikembangkan Pondok Pesantren Suryalaya, agar :
1. Melaksanakan amaliyah dan zikrullah secara tertib
dan seragam.
2. Melaksanakan amaliyah mingguan seperti khotaman,
dan bulanan seperti Manakiban, juga sedara seragam.
Dalam acara Manakiban :
2.1. Pembukaan
2.2. Pembacaan Ayat Suci Al-Qur'an (Kemudian membaca
Sholawat Nabi pada bulan-bulan tertentu, seperti bulan Rabi'ul Awwal, dll).
2.3. Pembacaan Tanbih
Diawali dengan pembacaan Ummul Quran/Alfatihah yang
dikhususkan kepada (Alm) Syekh H. Abdullah Mubarok Bin Nur Muhammad dan sesudah
pembacaan Tanbih dilanjutkan dengan pembacaan Untaian Mutiara dan disertai do'a
bagi kesehatan dan keselamatan Sesepuh pondok Pesantren Suryalaya
2.4. Pembacaan Tawassul
2.5. Pembacaan Manakib Sulthon Aulia Syekh Abdul Qodir
Al Jaelani q.s berikut do'anya
2.6. Ceramah Agama Islam
2.7. Pembacaan Sholawat Bani Hasyim tiga kali secara
bersama-sama
Catatan :
Apabila ada acara sisipan, berupa pengumuman, sambutan
dan lain-lain dilaksanakan sebelum acara kedua (pembacaan Alquran) atau sesudah
acara kelima (Pembacaan Manakib)
3. Dalam setiap pertemuan hendaknya dijadikan Majelis
do'a yang ditujukan :
3.1. Bagi para pemimpin negara, semoga Allah SWT
melimpahkan taufik dan petunjuk-Nya guna keselamatan agama dan negara
3.2. Bagi kita semua, semoga Allah SWT senantiasa
melimpahkan berkat dan petunjuk-Nya sehingga kita digolongkan orang-orang yang
shaleh serta segala amal ibadah kita mendapat ridlo dari pada-Nya
4. Agar tetap menghayati dan mengamalkan Tanbih. Dan
barangsiapa yang tidak mengamalkan Tanbih, maka kami tidak bertanggungjawab
atas penyimpangannya.
Demikian, semoga maklumat tersebut dapat dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya.
1995-03-13 00:00:00,
Suryalaya
Sesepuh Pondok Pesantren Suryalaya
KH. A.SHOHIBULWAFA TAJUL ARIFIN
***
No comments:
Post a Comment